Menuju Regenerasi Gigi: Bisakah Ilmu Pengetahuan Mengembalikan Gigi yang Hilang?

Daftar Isi

Gambar hasil AI-Generated DALL-E 3. (Sumber: zmescience.com)
Gambar hasil AI-Generated DALL-E 3. (Sumber: zmescience.com).
Memanfaatkan teknologi seperti CRISPR, sel punca, dan bio-engineering, para ilmuwan mengklaim telah semakin dekat dengan keberhasilan menciptakan teknologi regenerasi gigi manusia.

Selasa, (21/1/2025)  Pernahkah kamu berharap gigi permanen yang rusak atau hilang bisa digantikan seperti halnya anak-anak mengganti gigi susu mereka secara alami? Ilmu pengetahuan modern tengah mengejar mimpi tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan Popular Science, para ahli seperti Dr. Ophir Klein dan Dr. Salvador Nares memaparkan perkembangan terbaru di bidang regenerasi gigi. Meski masih dalam tahap awal, penelitian ini menjanjikan revolusi besar dalam dunia kedokteran gigi.

Mengapa Kita Tidak Bisa Tumbuhkan Gigi Baru Secara Alami?

Kemampuan mengganti gigi secara alami sebenarnya bukan hal asing di dunia hewan. Sandbar shark, misalnya, bisa menumbuhkan puluhan ribu gigi sepanjang hidupnya. Namun, mengapa manusia tidak bisa melakukan hal yang sama?

Dr. Ophir Klein. (Foto: cedars-sinai.org).
Dr. Ophir Klein. (Foto: cedars-sinai.org).

Dr. Klein, seorang profesor di University of California, San Francisco, menjelaskan bahwa evolusi memegang peranan penting. "Jutaan tahun lalu, vertebrata awal memiliki gigi sederhana yang terus tumbuh. Namun, seiring evolusi, mamalia, termasuk manusia, mengembangkan jenis gigi heterodont dengan fungsi spesifik seperti mengunyah dan menggigit," kata Klein, seperti Lansirin.id kutip pada Senin, 20 Januari 2025. Akibatnya, manusia kehilangan sel-sel progenitor yang diperlukan untuk regenerasi gigi.

Manusia modern memang mengandalkan gigi permanen sebagai solusi jangka panjang. Sayangnya, begitu enamel gigi rusak, tubuh tidak dapat memperbaikinya karena tidak ada sel pembentuk enamel yang tersisa setelah gigi tumbuh.

Harapan Baru dari Teknologi dan Stem Cell

Menurut Klein, langkah pertama menuju regenerasi gigi mungkin melibatkan kombinasi bahan sintetis dan sel punca (stem cells). "Kita cukup baik dalam membuat enamel buatan," ujarnya. Dengan memanfaatkan sel punca yang ada di dalam gigi, para ilmuwan dapat meregenerasi bagian hidup gigi dan menciptakan mahkota gigi baru.

Proses ini dapat dimulai dengan menumbuhkan gigi baru di laboratorium menggunakan teknologi bioengineer. "Saya tidak akan terkejut jika dalam beberapa dekade mendatang kita bisa menumbuhkan gigi baru sepenuhnya di luar tubuh," tambah Klein.

Dr. Salvador Nares. (Foto: Jenny Fontaine/University of Illinois Chicago).
Dr. Salvador Nares. (Foto: Jenny Fontaine/University of Illinois Chicago).

Meski optimisme tinggi, regenerasi gigi bukan tanpa tantangan. Dr. Salvador Nares dari University of Illinois, Chicago, menjelaskan tantangan utama adalah memastikan gigi yang diregenerasi dapat berintegrasi dengan rahang dan jaringan sekitar. "Gigi tidak hanya harus berbentuk sempurna, tetapi juga harus kuat dan berhenti tumbuh pada waktu yang tepat," jelasnya. Jika tidak, pertumbuhan berlebih bisa menyebabkan komplikasi seperti kanker.

Selain itu, faktor lain seperti morfologi dan durabilitas gigi menjadi perhatian. Gigi yang baru tumbuh harus mampu berfungsi dengan baik bersama jaringan mulut lainnya.

Kemajuan Teknologi: Scaffolds dan Gene Editing

Dunia teknologi juga memainkan peran penting dalam upaya regenerasi gigi. Teknologi seperti scaffold (kerangka yang digunakan untuk mendukung pertumbuhan jaringan) dan bio-printing memungkinkan para ilmuwan menumbuhkan gigi dengan struktur yang lebih kompleks. Teknik pengeditan gen, seperti CRISPR, menawarkan harapan untuk meminimalkan risiko penolakan tubuh terhadap jaringan gigi baru.

Dr. Afsar Naqvi, seorang ahli dari bidang periodontik, menambahkan bahwa pengeditan gen bisa menjadi solusi untuk memperbaiki masalah regenerasi. "Dengan memandu sel pasien sendiri ke jenis sel yang diinginkan, kita bisa memanfaatkan teknologi ini untuk perbaikan dan regenerasi gigi," ujarnya.

Ilustrasi skematis prinsip dan persyaratan untuk rekayasa periodontal. (Foto: link.springer.com).
Ilustrasi skematis prinsip dan persyaratan untuk rekayasa periodontal. (Foto: link.springer.com).

Namun, pengeditan gen juga memiliki risiko. Penelitian pada gen USAG-1, misalnya, menunjukkan potensi dalam mendorong pertumbuhan gigi. Tetapi, seperti yang dijelaskan Naqvi, "gen ini juga diekspresikan di jaringan lain seperti ginjal, sehingga efek sampingnya harus dipertimbangkan dengan hati-hati."

Meskipun kemajuan teknologi memberikan harapan, para ahli sepakat bahwa regenerasi gigi manusia masih membutuhkan waktu. "Jika pertanyaan ini diajukan lima atau sepuluh tahun lalu, jawabannya akan berbeda. Namun, dengan bantuan AI dan teknologi modern, penemuan ini dapat dipercepat," kata Nares.

Meski demikian, Nares memperkirakan bahwa teknologi ini belum akan tersedia secara luas dalam dekade berikutnya. "Regulasi, uji coba, dan pertimbangan keamanan memerlukan waktu yang tidak sedikit," tambahnya.

Pentingnya Merawat Gigi yang Dimiliki

Sambil menunggu teknologi regenerasi gigi menjadi kenyataan, Dr. Nares mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan gigi yang kita miliki. "Gigi alami kita adalah anugerah satu-satunya," katanya. Ia menekankan bahwa kebersihan mulut yang baik, seperti menyikat gigi, menggunakan benang gigi, dan melakukan pemeriksaan rutin, sangat penting untuk menjaga kesehatan gigi.

Ilustrasi gigi manusia. (Foto: Nexus).
Ilustrasi gigi manusia. (Foto: lansirin.id).

Lebih jauh, kesehatan mulut juga berkaitan erat dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Penelitian menunjukkan bahwa penyakit gusi dapat meningkatkan risiko kondisi serius seperti Alzheimer dan diabetes.

"Mikroba yang menyebabkan gigi berlubang dan penyakit gusi bisa menyebar ke bagian tubuh lain dan menyebabkan efek yang lebih luas," kata Nares. Oleh karena itu, menjaga kebersihan mulut adalah investasi kesehatan jangka panjang.

Regenerasi gigi manusia mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah hari ini, tetapi perkembangan teknologi menjanjikan masa depan yang cerah. Dengan dukungan penelitian dan inovasi, impian untuk mengganti gigi yang hilang bisa saja menjadi kenyataan.

Namun, hingga saat itu tiba, menjaga kesehatan gigi tetap menjadi prioritas. Seperti kata Dr. Nares, "Jangan pernah menyerah pada kebersihan mulut Anda."